Saya tidak berkepentingan apapun....


Sudah beberapa kali saya gagal melakukan posting artikel baru dalam blog saya hanya karena saya menulis artikel tentang Israel dan agresi militernya yang sampai sekarang masih berlangsung di jalur Gaza. Memang selama saya memiliki blog yang berisi konten pribadi ini, saya juga punya ‘tim editor’ yang saya persilahkan membaca lebih dulu artikel yang saya buat, yah komentar yang selama ini saya dapat datar & kebanyakan seperti : jelek, bosenin, ngantukin dan kata-kata lain yang sebangsanya, dan bagi saya itu kedengaran seperti:”boleh, koq! Atau menjadi:”posting aja deh!!”. Tapi tidak untuk artikel saya yang saya tulis mengenai ‘Israeli attack’.
Artikel itu saya buat sebagai wujud kepedulian bahwa saya juga adalah warga dunia yang peduli dengan keadaan yang sedang terjadi dan meski tidak bisa bergerak, tapi juga tidak mau tinggal diam melihat peperangan dan akibat yang ditimbulkannya. Tapi reaksi atas tulisan saya di luar dugaan, sejumlah komentar tanpa teding aling2 langsung meluncur…saaap.. ke telinga saya yang membuat saya mendidih, memang saya belum menjadi ahli politikus luar negeri yang bisa berkomentar secermat mungkin dalam menyikapi konflik yang sedang terjadi, bayangkan saja ketika tulisan saya pertama kali selesai dibuat, seorang mengkomentari bahwa saya pro ke salah satu pihak, saya pun merevisi ulang tulisan saya, pun saya malah dianggap memutarbalikan sejarah yang selama ini ada. Akhirnya tulisan itu dibuat dan tidak pernah saya publish hanya sampai pada draft saja, untuk arsip bahwa saya pun ‘pernah’ berani menuliskan apa yang saya pikir benar meski akhirnya itu hanya menjadi konsumsi saya pribadi. Dan karena sibuk ngutak-atik artikel yang satu itu sampai artikel2 yang lain pun terabaikan, diam dan membeku dalam flash milik saya.
Benar jika saya dikatakan kalau pro pada salah satu pihak, dan pihak itu adalah ‘para korban perang yang sampai sekarang jumlahnya terus bertambah. Korban yang adalah warga sipil, terutama orang2 tua, kaum wanita dan anak. Hati saya miris melihat tayangan di televisi, mayat2 dijajar2kan terutama ketika saya melihat wajah2 belia, yang mungkin 15-20 tahun mendatang mereka bisa menjadi peneliti, penemu obat kanker, presiden, miss universe, atau apa pun yang mereka bisa lakukan nanti, masa depan yang begitu indah terhampar di depan terenggut paksa oleh peperangan. Juga dengan jenazah para ibu, yang mungkin meninggalkan putra-putri yang masih perlu bimbingan ibunya untuk bertumbuh, masih perlu dekapan hangat dan kelembutan kasih sayang serta penjagaannya tapi harus menjadi anak2 piatu. Belum lagi para korban luka yang kehilangan anggota tubuhnya, bayangkan jika kaki sebelah kram saja rasanya kita kelabakan, apalagi jika memang harus kehilangan sebelah kaki.
Lalu pertama kali saya pikir serangan Israel sungguh tidak berimbang, karena mereka dipersenjatai dengan tehnologi berakurasi tinggi, tapi meski dengan dengan roket yang ‘ketinggalan’ kita tidak bisa memandang sebelah mata pada kekuatan Hamas karena dalam segala keterbatasannya mereka punya semangat yang luar biasa dan tidak mudah mematahkannya meski dengan tehnonoli tercanggih sekali pun. Malah kelihatannya Israel sekarang ngos2an & malah kelihatan kalah gertak deh menghadapi pejuang Hamas yang dengan persenjataan apa adanya terus melaju dalam pertahanannya menghadapi gempuran Israel yang jauh lebih canggih.
Saya juga menyayangkan sikap bangsa Israel yang menonton pengeboman2 dan mengelu-elukan serangan tentara mereka karena alangkah baiknya jika mereka yang notabene adalah sesama manusia terlebih lagi bangsa serumpun bisa bersikap lebih arif dengan ikut menyerukan untuk menghentikan aksi penyerangan ini, coba seandainya mereka yang mengalami apa yang saat ini dirasakan rakyat Palestina…
Rupanya juga kedua bangsa ini sama2 keras kepala dengan menolak gencatan senjata yang ditawarkan oleh Dewan Keamanan PBB dan berbagai negara yang siap memfasilitasinya selama 60 tahun konflik telah mendera dan belum kelihatan ada akhirnya, dan untuk menyelesaikan persoalan yang mendera selama bertahun2 sudah jelas hanya jalan kompromi yang bisa ditempuh, itu berarti Israel memang harus merangkul hamas secara politik dan siap berurusan lebih dalam dengan organisasi ini serta siap untuk duduk membahas mengenai wilayah, keamanan, status Jerusalem, pengungsi Palestina, menngurai persoalan dan mencari solusi atas semua masalah bersama.
Saya juga mendukung aksi2 damai di negeri kita yang menyerukan Israel agar menghentikan serangannya atas Gaza, tapi tetap kita juga harus fokus terhadap persoalan yang masing2 kita sedang hadapi, terutama masalah pokok bangsa kita, jangan teralih hanya karena sibuk dengan urusan negara lain yang berdalih kemanusiaan dan salut untuk bangsa Indonesia yang dalam minggu pertama Agresi saja sudah mengirim tim kemanusiaan yang terdiri atas dokter, perawat, relawan sejumlah 15 orang, obat2an senilai 2 milyar rupiah dan uang sejumlah $1 juta. Mari kita doakan semoga mereka bisa melaksanakan tugasnya sebaik dan setulus mungkin. Dan kalau membantu negara lain bisa secepat itu, semoga kalau ada bencana di negeri sendiri bisa lebih cepat lagi menurunkan bantuan.
Dan kalau ada yang ingin saya putar balik itu adalah ‘waktu’ saya berharap bisa kembali ke saat2 di mana tanah perjanjian itu damai seperti dulu.