Seandainya sampai hari ini saya masih menjadi marketing di perusahaan tempat saya bekerja mungkin hidup saya gak seperti sekarang, bisa lebih baik, bisa juga lebih….gimana gitu?! Jujur saya orangnya matre tapi gak berarti 'money oriented'dan sering bertanya pada diri sendiri:’kapan gw kaya?’, dan untuk menaikkan level keuangan, waktu itu saya terus mengumpulkan keberanian untuk memiliki bisnis sendiri, apa pun itu! Orientasi saya bahwa kalo saya punya uang lebih maka saya pun bisa berbuat lebih untuk diri saya, keinginan dan cita-cita saya juga untuk sesama. Padahal perusahaan tempat saya bekerja dulu juga banyak memfasilitasi saya dalam bekerja, saya dapat kendaraan yang mengantar kesana kemari, dapat gadget terbaru yang mendukung saya mencari informasi dan berkomunikasi, dapat insentif yang gak bisa dibilang sedikit, wisata gratis tiap akhir tahun, tapi memang dasar…. semua itu gak bisa mengikat saya untuk loyal bekerja, dan saya juga gak mau sampai tua kerja sama orang dan jadi bawahan melulu. Kerabat saya banyak juga yang menyarankan agar saya melamar menjadi PNS saja dengan alasan kedepan lebih ‘save’ tapi mimpi2 yang ada di dalam kepala terus menyeruak dan memerlukan wujud nyata.
Pertama kali resign, usaha yang saya lakukan adalah menyewa sebuah kios dan berjualan makanan dengan menu utama ‘ayam lalapan’, secara memang saya hoby masak, dan specialnya untuk teman makan ayam gorengnya saya bikin sambel yang peudesssnya edan!! tapi gak bikin kapok koq, orang yang keluar dari warung saya basah kuyup oleh keringat seperti baru lari di senayan. Tapi jangan berpikir semuanya lancar2 ya….karena dagang itu seperti roda yang berputar, hari ini rame, besok bisa jadi sepi, syukurnya tempat saya berjualan itu ada di tempat yang strategis dan saya sejak awal memang sekuat tenaga berusaha fokus, karena tantangan yang datang itu gak sedikit kalo gak fokus kita akan cepat jenuh, jadi semua kerja memang akan terasa sia-sia, belum ada hasil udah ‘boring’.
Ketika usaha berkembang, saya mulai berencana untuk ekspansi, pilihan saya jatuh kepada bidang ekspedisi atau pengiriman barang antar kota antar pulau, meski bidang ini banyak didenominasi oleh kaum pria tapi saya sempat membuktikan bahwa saya ‘bisa’. Selain mendirikan CV sendiri saya juga membeli franchise ekspedisi yang cukup ternama, namun laut yang tenang ternyata menyimpan gelombang besar yang kita tidak pernah tahu kapan datangnya, karena ‘human error’, kesalahan driver, suatu kali barang kiriman rusak dan saya selaku pemilik harus menggantinya dengan jumlah kerugian yang tidak sedikit (hik..hik..ini salah satu fase berat dalam hidup saya), waktu itu rasanya saya hampir menyatakan diri pailit, bagaimana tidak, rasanya seluruh yang saya punya amblas hanya karena kejadian itu. Terus terang saya sempat ‘ngambek’ dan akhirnya mengalihkan kepemilikannya kepada kerabat, karena saya sudah punya pelanggan regular. Saya merasa gagal, tapi betul saya dapat pelajaran berharga dari situ.
Selesai dengan ekspedisi, saya menambah usaha dengan menyewa kios di sebuah mall dan mengisinya dengan barang2 IT, saya seperti dapat dunia baru apalagi respon pasarnya juga sangat baik, dan saya banyak belajar secara otodidak tentang IT karenanya, bahkan saya pun menjual jasa di bidang ini, yah masih belajar sih! pun datang ajakan bisnis dari seorang kawan untuk membuka gerai yang menjual produk2 holistikcare, kesempatan gak akan datang 2x bukan? apalagi seluruh barang yang tersedia adalah konsinyasi jadi saya pun tidak bisa menolak tawaran itu.
Saya sering bertanya pada diri sendiri: ‘aku ini serakah ya?’ tapi ternyata dalam bisnis kita tidak kenal dengan istilah tersebut, kita hanya memanfaatkan kesempatan yang mungkin sedang berpihak pada kita, apalagi jika kita bisa membuat sistem yang memungkinkan usaha kita itu tetap berjalan meski kita tidak berada di tempat, itulah bisnis modern, meski dimanapun kita berada kita bisa pantau terus kelangsungan usaha kita, dengan meminimkan kemungkinan karyawan kita melakukan kesalahan.
Jangan berpikir kalo saya ‘berlebih’, karena kewajiban yang harus saya selesaikan juga tidak sedikit jumlahnya, terutama karena salah2 perhitungan di waktu lalu, dan kewajiban2 ini menjadi prioritas saya sekarang. Saya gak bisa konsumtif karena merasakan dapet duit dikit-dikit jadi rasanya sayang kalo mengeluarkan uang untuk hal2 yang sia-sia, boleh saja beranggapan saya pelit tapi sisi positifnya adalah sekarang saya bisa menghargai uang, gak kayak dulu, saya boros….banget!
Dibanding waktu lalu sekarang saya lebih ‘calm’ kalo dapat masalah, meskipun tenang bagi saya mungkin berarti ribut bagi orang lain, ha…ha! sebagai bos kita dituntut untuk cepat mengambil keputusan, dalam keadaan seperti apapun kita, sebisa mungkin profesional memisah2kan masalah, terutama bila sedang menghadapi klien. Selain bisa memilah-pilah masalah, pengalaman mengajari saya untuk berlaku hal yang sama kepada keuangan kita, ini kendala yang paling sering terjadi karena terlalu sibuk banyak kali para wirausaha muda lupa mencatat semua anggaran, mulai dari ongkos produksi, hingga salah mengatur target. Keuntungan perusahaan sebaiknya dimasukkan sebagai tabungan keuntungan jangan dicampur dengan uang yang lain. Kegagalan kerap terjadi karena uang trus berputar tanpa tahu berapa laba yang didapat.
Satu hal yang mau saya ingatkan jika anda juga tertarik untuk memulai usaha setelah membaca tulisan ini adalah jangan salah memberi harga. Banyak dari kita untuk menggaet pelanggan, memberikan harga yang jauh lebih murah dari tempat lain dengan alasan yang penting putarannya cepat, alasan klise seperti ini sudah tidak bisa dipakai lagi sekarang, kita harus juga menghitung semua modal & beban yang kita keluarkan, ingat bisnis adalah sesuatu yang realistis, bila memang kita harus mencantumkan harga yang lebih daripada di tempat lain imbangi dengan pelayanan yang lebih juga, karena pada dasarnya bukan harga yang membuat pelanggan kembali tapi kepuasannya dalam berbelanja.
Dan sebagai penutup adalah percaya diri, jangan pernah takut gagal, yakinlah bahwa produk atau jasa yang kita jual memang berkualitas dan punya kelebihan, dan bisa dibuktikan adanya. Jadi ayo deh…mulai bermimpi, kita dukung upaya pemerintah yang sedang menggalakan kewirausahaan, dan jadi bos? Siapa takut!