AISHA......belajar dari seorang sahabat

Saya bertemu pertama kali dengannya di tahun 2000, ketika itu saya hendak pergi untuk memenuhi panggilan interview di sebuah perusahaan. Lokasinya sendiri berada di luar kota Bandung dan saya pun belum pernah pergi ke tempat itu sebelumnya, belakangan saya mengerti maksud dari perusahaan tersebut melakukan wawancara di luar kota adalah untuk melihat seberapa besar motivasi kami dalam bekerja nanti karena banyak kandidat yg mundur setelah mengetahui kami mesti pergi ke luar kota. Saking senangnya waktu itu saya sampai lupa berpamitan kepada orang rumah, ketika sampai di terminal saya baru menyadari bahwa saya hanya membawa uang yang ada di saku dan itu hanya sejumlah 5 ribu perak pun sudah habis terpakai. Saya tidak mungkin juga kembali ke rumah tante saya di daerah Cijerah karena saya sudah ada di Leuwipanjang, apalagi habis ongkos dan pikiran saya hanya tertuju ke tempat interview, sambil merenung saya pun melihat seorang gadis yang sebaya dengan saya, yah….dalam keadaan seperti itu saya membuang semua urat malu yang saya punya, saya dekati dia, mengajaknya berkenalan, namanya AISHA dan meminta bantuan kepadanya, pucuk dicinta ulam tiba rupanya dia juga hendak pergi ke tempat yang sama dengan saya, jadilah perjalanan saya menyenangkan, dari awal saya menangkap auranya yg super baik, dia smart apapun yg hendak saya angkat sebagai topik pembicaraan selalu nyambung dan di akhir kisah hari itu saya & dia akhirnya sama2 diterima bekerja selanjutnya kami berteman dan inilah yang saya lihat dari Aisha sehingga saya mantap menyebutnya sahabat………
Aisha selalu peduli, betapa tiap orang pasti punya masalah, saya merasa bahwa hidup saya jauh lebih baik dari Aisha tapi meski dia dalam keadaan seberat apapun dia tetap peduli pada saya, dia selalu punya waktu untuk saya, dia tidak pernah membiarkan saya menanggung beban sendiri, dia tempat sharing yang baik, penjaga rahasia yg amanah, belum pernah dia mengecewakan saya, dia seperti punya tanggungjawab untuk selalu mensupport saya, kadang saya berpikir kalo diakah malaikat yg Tuhan kirim untuk menjaga saya?lama kelamaan antara saya & Aisha malah seperti punya ikatan batin.
Teman tidak sama dengan sahabat, waktu itu saya memang punya banyak kawan, dari kawan sekerja, kawan di kampus, kawan gaul, kawan di kompleks, smp kawan sekampung tapi seakrab-akrabnya saya dengan mereka itu semua berbeda dengan Aisha. Rata2 teman ini memang cuma asyik diajak senang2 doang,sebenarnya hati saya sering mengeluh dan menjadi gersang akibat terus menerus mencoba memaklumi kelakuan mereka. Dalam usia muda saya waktu itu pun saya dapat merasakan dan sadar sesadar2nya bahwa saya hanya dimanfaatkan oleh teman2 saya ini, betul2 mereka hanya mengambil keuntungan dari saya, tapi goblognya saya seperti tak berdaya untuk menolak apalagi melawan, itulah teman2 yg tidak bisa diberi title ‘sahabat’ tapi Aisha beda, dia tidak sekedar menyuruh2 saya, atau bersenang2 belaka dengan saya, tapi dia selalu mendampingi saya pun dlm hal2 yg pahit dan sukar, dia tidak pernah masa bodoh dgn semua hal yg terjadi pada saya sungguh pun dgn cowok2 yg dulu mendekati saya Aisha yg menyeleksinya, memberi banyak pandangan tentang pria, saya percaya pada dia karena juga belum pernah kejadian kami ditaksir cowok yg sama atau pun sebaliknya.
Aisha bisa menjadi teladan, banyak orang muda menjadi rusak karena pergaulannya, sahabatnya justru mengacaukan semua kebiasaan baiknya, sungguh Aisha bisa jadi teladan dlm hidup saya, dia seorang yg taat menjalankan perintah agama, dia tidak pernah meninggalkan sholat, dia punya hubungan yg sangat baik dgn Tuhan, dan saya pun sering belajar dari dia. Dia membawakan diri dengan sangat baik, dia mengajarkan pada saya bagaimana harus bisa menempatkan diri dgn baik dimana & pd siapa pun juga berada. Dan Aisha jago banget ngomong Inggris, kalo saya mau ngobrol atau curhat pun mesti pake bahasa Inggris, meski belepotan mau tak mau saya ngomyong English jg, sungguh pun demikian Aisha belum pernah mentertawakan saya karena grammar yg acakadut, yg ada dia selalu berusaha membenarkan, dia tidak pernah bosan mengajari saya banyak hal, kalau saya bisa berkembang dia pun senang & hal itu bisa saya rasakan dan dia pemegang sabuk hitam karate lho, makanya siapa sih yg gak nyaman jalan bareng dia macem2 dikit, hiaat…jurusnya keluar! Tapi jangan bayangkan orangnya tinggi besar, ukuran kami berdua hamper sama koq!
Aisha peka dan bijaksana, banyak orang kecewa pada sahabatnya karena yah…biasalah kalo mo jujur biasanya kita berteman memang memiliki motivasi yg berbeda-beda, semakin enak, semakin baik keadaan kita di mata dunia semakin banyak orang yg mau mengaku sahabat kita, coba deh lihat saja orang miskin dan orang kaya, kira2 mana yg lebih banyak mengaku temannya….yg pejabat & karyawan yg mana yg lebih banyak mengaku temannya, tapi tidak demikian dgn Aisha, dia begitu tulus sungguh, sampai hari ini saya tidak pernah merasa ada motivasi tertentu darinya bersahabat dengan saya, semuanya mengalir begitu saja, tidak juga seperti lagunya ‘sindentosca’ yg mengatakan bahwa persahabatan bagai kepompong, semula ulat lalu jadi kupu-kupu, Aisha adalah salah satu hal terindah yg pernah terjadi dalam hidup saya, kami mengawalinya dengan indah pun selamanya tetap akan demikian.
Aisha sahabat yg ideal, jgn pernah berpikir bahwa dia tidak punya kekurangan, salah banget! Dia pun manusia biasa, seperti halnya saya, kalo mo disebutkan ada deh 1001 kekurangan Aisha tapi pengertiannya akan diri saya yg biasanya sgt sukar di mengerti oleh orang lain membuat saya pun lebih bisa lagi untuk memaklumi segala kekurangannya. Jika saya diijinkan berlebihan, Aisha berhati seperti bunda Theresa, cerdas seperti Hillary Clinton, tegas kaya Margaret Theacher, galak kayak Mike Tyson, kuat kayak Samson he.he..he serius, Aisha bisa menempatkan diri sebagai sahabat salah satunya tegas pd waktunya, dia juga tahu batasan mana yg dia boleh masuk campur dan mana hal2 yg benar2 privasi buat saya, sungguh dia banyak memberi kontribusi pd hidup saya.
Sekarang Aisha berada di tempat yg sangat jauh, di Frankfrut sono, dia menikah dgn George, pria berkebangsaan Jerman yg berprofesi sebagai lawyer. Sungguh saya ada hadir di pernikahannya yg dilakukan di alam terbuka, benar2 elegan, pun seperti tidak rela, tapi saya sangat bahagia karena dia bertemu cinta sejatinya, seperti dia pernah ceritakan dia ingin mendapat pangeran dr negeri dongeng. Hubungan kami tetap terjalin meski via telepon & email, dan sampai hari ini belum ada pengganti Aisha, betapa amannya semua rahasia yg saya miliki tersimpan rapat di negaranya om Hitller sana, well Aisha i really miss u!!!