Setiap orang bisa mendapat inspirasi dalam hidup mereka dari siapa saja begitu pula dengan saya. Diam-diam saya mengidolakan para ibu ini yang tak lain dan tak bukan adalah para sahabat saya, melewati setiap pengalaman bersama mereka akhirnya membuat saya mendapat inspirasi untuk memandang kehidupan ini dengan cara yang berbeda, saya pilih diam karena kalo saya ungkapkan mereka rata-rata punya kecenderungan berkata sebaliknya bahwa sayalah yang sebenarnya menginspirasi mereka seperti selalu mereka bilang ;”meina, the inspiring woman…..ha..ha.. ge-er deh!
Ratna usianya sebaya dengan saya, bayangkan dia mempunyai 2 putra yang autis yang satunya ketambahan tunarungu, di waktu luang saya sering singgah ke rumahnya dan memperhatikan bagaimana dia mengurus sendiri ke 2 buah hatinya, sungguh meski tingkah anaknya ‘aneh2’, tapi saya betah berjam2 duduk dirumahnya sambil memperhatikan mereka bertiga, saya banyak belajar tentang arti kesabaran dari Ratna, memang secara ekonomi ratna berkecukupan tapi tetap itu tidak menjadikan kemudahan baginya, anak2nya ga bisa ‘diam’ satu lari ke sana, satu lari kesini, kalo disuapin makanannya cuma buat mainan, dari yang ditumpahin..plek..sampai yang disemburin pake mulutnya kemana2 belum lagi kalo anak2 itu ngamuk mereka banyak kali main banting barang yang ada di dekat mereka, saya sering menangkap ada lelehan airmata yang jatuh dari sudut matanya, tapi berpura2 tidak tahu karena saya tidak ingin dia merasa saya tahu semua bebannya, Ratna sering berkata pada saya bahwa memiliki ke 2 putra seperti itu membuat dia merasa menjadi ibu yang istimewa karena memiliki putra yang ‘berbeda’ daripada anak2 kebanyakan dan dia percaya bahwa Tuhan punya rencana yang besar di dalam perjalanan hidupnya, saya juga percaya karena salah satu putranya menunjukan bakat luar biasa, saya pernah membawa alat lukis ke rumahnya, dan meninggalkannya di ruang tamu untuk berbincang dengan Ratna di belakang ketika saya kembali di atas kertas sudah tertera lukisan yang sangat indah, apalagi untuk ukuran anak berusia 4 tahun.
Ibu yang lain adalah Eli, pekerjaan sehari-harinya adalah buruh serabutan kita bisa membayarnya untuk melakukan pekerjaan apapun karena selain rajin dia juga kuat. Hidupnya sangat sederhana, kalo anda ke rumahnya yang mungil hampir tidak ada perabot di rumahnya tapi ke 4 anaknya wow….brilliant! banyak kali orang berpikir bahwa seorang baru akan sukses jika dia diberi ‘fasilitas’ tapi hal itu tidak berlaku untuk anak2nya Eli, bukan hanya 1 tapi semuanya berprestasi di sekolahnya, jangankan komputer, meja belajar pun tidak ada, buku2 pelajaran pun tidak ada. eit tunggu jangan juga anda berpikir kalo anak2nya Eli bersekolah di sekolah yang ‘biasa’ saja mereka semua bersekolah di sekolah favorit yang berstandar nasional dan mendapat beasiswa pendidikan. Jujur saya bingung juga ketika putranya yang ke3 mengikuti olimpiade matematika mewakili SMU tempatnya bersekolah, karena anak itu tidak pernah kelihatan belajar, sehari-hari sepulang sekolah dia bekerja membantu orang tuanya lalu sore hari biasanya memetik kangkung di sawah untuk di jual ibunya di pasar, putranya yang tertua sudah menyelesaikan sarjana tehniknya, putra ke 2 sementara berkuliah di PTN, dan si bungsu masih duduk di SD. Akhirnya saya tahu juga apa yang menjadi kunci keberhasilan anak2 ini, dan menjadi pelajaran buat saya, ternyata ibunya selalu memberikan motivasi baru setiap hari, memberi rasa percaya dan keyakinan bahwa mereka mampu untuk bersaing meski mereka tidak punya fasilitas justru mereka tidak melihat itu sebagai alasan untuk gagal tapi justru sebagai peluang yang memacu mereka belajar lebih dari pada teman2 yang lain.
Yang terakhir ingin saya kisahkan adalah Lila, sungguh menurut saya dia adalah ‘wanita paling kuat di Indonesia..ha..ha jadi ingat lagunya dewa gak? Ya…teman2 saya memang datang dari berbagai kalangan, Lila seperti halnya Eli bekerja sehari-hari sebagai buruh serabutan biasanya saya memakai jasanya untuk membersihkan rumah saya, kami cukup dekat karena orangnya yang tinggi besar terlihat cukup kuat juga untuk menampung semua curahan hati saya ketika sedang penat. Lila mempunyai suami yang kalo boleh saya menghujat bisa dikatakan ‘kurang ajar’ betapa tidak, suaminya ini menganggur, untuk kehidupan sehari-hari mengandalkan pendapatan Lila, sudah itu mabuk-mabukan, punya selingkuhan lagi, belum mak…kalo keluar rumah gayanya ngalahin coverboy, tidak sebanding dengan kenyataannya, Lila bukannya tidak tahu, tapi dia berusaha mengerti suaminya, mereka dikaruniai 2 putra yang mungkin ayahnya tidak peduli, belum lagi suaminya ini sering menyebabkan keonaran di kampung, tapi entah bodoh atau gimana ya…dia tetep aja care sama suaminya, sungguh buat saya lelaki seperti Roni suami Lila seharusnya di’coret’ aja tapi sungguh Lila tetap mau bertahan sekuat tenaga karena pernikahan itu menurutnya adalah komitmen yang harus dijalani terutama dengan Tuhan karena dihadapan Tuhan dia sudah berjanji untuk bersama2 sampai maut memisahkan, dan kalo dia rajin bekerja hanya karena anak2 perlu banyak biaya dan tidak mungkin jika suami menganggur dia pun ngambek lalu ikut2an berpangku tangan. Anda bayangkan Lila ditempat saya tinggal dikenal seperti ‘Samson’ bila anda memerlukan tenaganya dia biasa bekerja nonstop sampai selesai untuk pekerjaan apa pun mulai dari bikin pagar sampai memasak makanan pesta. Saya belajar dari Lila bahwa dia sangat bersyukur dengan apa yang orang lihat sebagai ‘derita’ karena dengan derita itu dia merasa begitu dekat dengan Tuhan, dia sering mencandai saya : “mbak mei nikmati saja derita hari ini, besok2 kita senang terus mo cari di mana ini derita?”
Bukan hanya Ratna, Eli, Lila di sekitar kita masih banyak ibu2 lain yang powerfull, yang dari hidupnya yang kelihatan biasa2 saja tetapi bisa memberikan teladan dan membangun hidup ibu yang lainnya, marilah kita lebih peka lagi dalam melihat lingkungan kita, dan percaya bahwa akan lebih banyak lagi pelajaran yang bisa kita dapat.
Selamat hari ibu 2008, mari saling menopang karena para ibu yang tangguhlah yang akan mengeluarkan bangsa ini dari berbagai krisis.