
Rasanya tiap orang pasti punya memoar tentang yang satu ini, kalau ada yang bilang tidak…wah perlu ditanyakan tentang kejujuran terhadap diri sendiri, karena kisah seperti ini dibumbui dengan banyak warna. Ada yang indah untuk dikenang tapi juga tak sedikit yang berujung dengan kekecewaan dan hal itu diperparah dengan timbulnya rasa sakit hati. Kenapa dikatakan dengan cinta monyet mungkin karena dilakukan oleh manusia yang masih bermentalitas anak-anak yang dengan mudahnya berpindah-pindah hati seperti layaknya monyet yang melompat-lompat berpindah pohon.
Pertama kali saya naksir seorang cowok waktu kelas satu SMP dan orang yang ‘malang’ itu adalah IP…ha...ha..saya katakan malang karena si IP ini harus jadi bulan-bulanan saya. Yah..secara saya baru ‘beuger’ pokoknya hari-hari itu yang ada di otak saya memang cuma si IP ini, seingat saya waktu itu saya ngecengin dia abis-abisan pokoknya kayak lagu ‘ingat kamu’nya Dina Mariana(yang ngetop pas jaman saya, red), dimanapun saya berada saya selalu cari telepon umum untuk nelpon si IP, gak kenal waktu dan tempat dan hal itu diperparah dengan salam-salam yang saya titipin ke semua teman IP, awalnya si IP ini cool saja dan seperti tidak menanggapi segala perasaan saya kepadanya, dan ketika IP sudah mulai menaruh sikap justru saya merasa bosan dan sudah ada kecengan baru yaitu BS.
Dengan BS ini yang saya dapat sangat jelas sampai sekarang, yaitu saya melatih mental juara saya..ha..ha…karena BS so sweet n begitu banyak teman seangkatan saya yang ngecengin dia. Mungkin sebenarnya perasaan saya biasa-biasa saja tapi semangat dari ‘pertandingan’ memperebutkan BS itu yang memacu adrenalin saya dan nuansa berkompetisinya itu lho….benar-benar membangkitkan semangat juang seorang ‘Meina’ muda. Ada-ada saja ide-ide seru yang tercetus untuk membuat BS mau melirik ke arah saya dan membuat para kompetitor naik darah bahkan waktu itu sampai saya menghalalkan segala cara, sampai yang agak ‘keji’ sekalipun, bahkan ketika pun ada seorang teman yang meng’klaim bahwa dia adalah ceweknya BS usaha saya tidak berhenti sampai disitu, sumpah kalau saya ingat sekarang idiiih deh Meina malu-maluin buaanget! Dan benar ketika si BS dan ceweknya waktu itu N bubar, saya juga malas melakukan apapun untuk menarik perhatiannya bahkan pergi jauh-jauh sampai saya dibrengsek-brengsekin BS karena dia sudah terlanjur jatuh hati..so what?
Lepas dari itu saya naksir berat ke anak sekolah tetangga, di kota asal saya SMPN 1 & 2 letaknya memang bersebelahan, saya bersekolah di SMP 1, sekolah kami cuma terpisah oleh tembok, dan untuk melihat murid-murid di sekolah sebelah kami sering memanfaatkan bak air sebagai pijakan, kebetulan kelasnya waktu itu cuma dibalik bak air yang sering saya panjat itu, tak berhenti melihatnya setiap hari dari balik tembok tapi saya yang penasaran juga ‘hunting’ segala informasi tentang dirinya. Namanya AF, lain orang lain pesonanya dan AF juga punya dayatarik tersendiri yang berbeda dengan para ‘pendahulunya’. Saya cukup melihatnya saja sudah senang tanpa perlu melakukan apapun. Benar-benar deh dari mata turun ke hati…AF ini satu angkatan diatas saya, setelah SMU kami satu sekolah dan menjadi sahabat baik. Perasaan saya pada AF tidak pernah saya umbar leat bahasa tubuh ataupun bahasa verbal, semua saya rasakan sendiri, untuk saya curhat pun tidak, ga tahu kenapa tapi ternyata menyukai AF secara diam-diam saja sudah membuat saya merasa hangat dan nyaman jadi pikir saya buat apa saya harus berbuat lebih.
Inilah cinta monyet saya yang pasti paling di ingat terutama oleh orang lain, oleh teman-teman seangkatan, bahkan adik kelas, guru-guru saya, malah keluarga juga. Dan secara jujur juga sampai sekarang saya tidak mengingkari kebenaran cerita itu, karena memang hanya tinggal cerita yang tertoreh ketika saya ada di usia remaja. Ceritanya saya duduk di kelas 1 SMU saya tertarik dengan anak kelas sebelah. Its because he very smart!! Dimata saya sedari dulu cowok-cowok smart selalu mempunyai nilai lebih, dan pinternya si YA membuat saya naksir abis, tapi namanya juga cinta monyet ada satu hal yang YA katakan dan membuat hati saya waktu itu ‘kepenthok’ lalu pelan-pelan menjauh sendiri. Dan entah kenapa waktu itu saya tidak berani bilang saja apa sebenarnya yang menjadi ganjalan saya karena hal itu pasti mempengaruhi cara pandang YA kepada saya sampai sekarang. Hal itu menjadi berat bukan karena saya masih ada rasa tapi lebih karena YA ini teman satu angkatan saya, dan angkatan saya ini begitu kompaknya merncanakan banyak hal di masa depan dan saya ingin ketika saya berjumpa YA semuanya berlangsung wajar seperti halnya ketika bertemu teman yang lainnya tanpa ada perasaan canggung sama sekali. YA menjadi penutup dari kisah cinta monyet saya karena setelah itu saya lebih suka main kesana-kemari dengan teman-teman satu gank yang semuanya adalah perempuan.
Di tahun 2008 lalu sewaktu saya pulang kampung mengunjungi kota kelahiran saya, tanpa sengaja saya bertemu dengan IP, BS, AF dan kontak dengan YA via telepon, mereka berempat belum menikah, masih asyik melajang…mereka jauh lebih mempesona setelah menjadi pria dewasa tapi dalam kamus kehidupan yang saya jalani saya tidak mengenal istilah CLBK atau Cinta Lama Bersemi Kembali, meski setiap dari mereka pun memuji penampilan saya yang sekarang tapi saya yakin mereka pun sudah menemukan cinta yang sesungguhnya dalam hidup mereka, dan cinta monyet hanya jadi kisah yang akhirnya membuat saya bersyukur karena saya pun ‘pernah muda’ penuh dengan semangat, dan tersenyum bahwa satu fase telah sukses saya lewati dan saya mantap untuk melangkah dalam cinta ‘dewasa’ yang tengah saya jalani.