Panasnya kota Jakarta membuat saya kerap berpakaian seadanya bila sedang berada di kost2an, yah maklumlah penghuni tempat kost saya putri semua maka saya merasa fine2 saja bila di kost hanya menggunakan tank top & hot pants, kadang bila hendak membeli makanan dari penjual keliling, saya langsung teriak dan ngeloyor ngejar si mas, apalagi kamar saya terletak di atas, semuanya menjadi serba buru2, dan saya lsg membuka pagar kost tanpa merasa sungkan dengan property yg sementara saya pake, lha…salah2 panas koq!! Tapi semenjak DPR mensyahkan yg namanya UU Pornografi tak urung sekarang saya berpikir 2x terutama bila keluar tempat kost dengan pakaian minim apalagi anak2 kost kerap mengingatkan ‘Awas bun ntar kena pasal lho!’{karena paling senior anak2 kost panggil saya bunda}, gak gitu amat kali! saya selalu menimpali gurauan temen2 dgn nada santai, cm saking sering saya diledek demikian tak urung membuat mulut saya sore itu harus berkomentar panjang, meski saya gak sepandai para anggota dewan yg terhormat, setidaknya sebagai warga negara ini saya juga punya hak yang sama dlm mengeluarkan pendapat.
Sebenarnya saya bangga juga deh…ditengah2 keadaan negara yg syarat dgn berbagai masalah, para wakil rakyat itu masih sempat memikirkan tentang ‘MORAL’ mereka mengutak-atik rumusan yg akhirnya telah mereka syahkan menjadi UU, dgn alasan utama melindungi anak2 bangsa ini dari kemelorotan moral dgn melakukan pendekatan moralitas keagamaan yg sudah jelas menjurus pada penilaian secara subjektif dgn menggunakan satu sudut pandang saja yaitu ‘PORNO’ tanpa mengurangi rasa hormat kepada para perumus UU tadi tapi mari kita telusuri lagi what is the purpose of pornographic? Porno berasal dari bahasa Yunani yaitu porno & grafi. Porno bermakna seperti prostitusi dan graphein atau grafis adalah gambar atau tulisan. Sehingga pornografi dapat di artikan sebagai,gambar,tulisan,lukisan,dsb yg berhubungan dengan tema seksualitas. Dgn pengertian yg seadanya seperti ini pun, pornografi kerap diperdebatkan apakah harus dilarang karena melanggar etika atau harus dilestarikan karena merupakan bagian dari budaya yg berkembang dalam peradaban manusia.
Padahal pengertian pornografi sangat berbeda dengan pengertian seperti tindakan yg melanggar asusila seperti membuat film blue, mempertontonkan tarian erotis seperti ‘streptease’.Masih banyak orang yg salah mengerti tentang pornografi ini. Mungkin yg selama ini anggota dewan pikirkan adlh obscenity{tindakan yg menjurus pada seks} seharusnya pun sebelum UU itu disyahkan masyarakat berhak mendapat edukasi tentang pornografi sehingga nilai kepahamannya tidak tumpang tindih mengingat ke depan UU ini berpotensi membuat tindakan main hakim sendiri.
Pornografi memang bukan barang baru lg, sejarahnya sudah seumur dgn peradaban manusia itu sendiri, pada masa lalu banyak suku di Indonesia membuat tarian dan lagu bernuansa pornografi untuk digunakan dalam ritual upacara traditional mereka, dulu lho ya….sebelum agama masuk ke Indonesia!!karena itu pornografi ini pun kerap erat kaitannya dgn budaya,seni,sejarah,biologi,politik hingga agama, tak heran ketika RUUnya hendak disyahkan tak urung menjadi wacana yg sgt menarik utk dibicarakan.
Saya termasuk ke dalam kelompok yg tidak setuju dgn adanya UU ini, kalo masalahnya untuk mencegah kemerosotan moral dgn bebasnya tontonan porno beredar, ih…bukannya selama ini aparat kepolisian kita sudah begitu aktif dgn melakukan razia dan menggelandang pelaku penyebaran film porno itu tadi ke dalam proses hukum!! Sedang kalo masalahnya ada pada tontonan atau pertunjukan di berbagai tempat & media woy….. kita sudah punya Komisi Penyiaran Indonesia yg siap menghadang aksi2 porno tadi dgn UU penyiaran, ada juga Lembaga Sensor Film yg siap meng-cut adegan ciuman misalnya…atau kalau media massa yg melakukannya seprti majalah Play Boy mereka bisa di jerat dgn UU pers, sudah ada lembaga yg menanganinya masih mau repot juga!!
Kalo alasan lain dibuatnya UU ini karena degradasi moral, itu sgt kualitatif dan tidak bisa di ukur menggunakan sudut pandang satu agama saja, bangsa kita ini terdiri dari agama & budaya yg majemuk, yg sangat beragam dan tidak bisa dipukul rata begitu saja, agama & budaya tidak bisa diambil begitu saja dari masyarakatnya.Maka itu di berbagai daerah sudah ada lembaga adat yg terus memelihara identitas cultural masyarakatnya.
Yg menyedihkan bagi saya RUU pornografi ini menempatkan kaum saya yaitu WANITA sebagai objek utama pornografi artinya ya itu tadi bahwa kita2 wanita menjadi sasaran diberlakukannya UU ini, dan karena itu sangsi hukum atas perbuatan melanggar UU ini seakan2 tertuju pd kaum perempuan baik disengaja atau tidak.
Meski banyak kali dibantah habis2an, tetap dalam konteks pornografi, kaum wanita makin tersudut krn dituduh menimbulkan birahi bagi kaum pria, smtr koq enaknya ya…kaum pria iniditempatkan pada posisi superior yg menjadi acuan standar penilaian, jadi kalo misal ntar ada seorang wanita diperkosa, bisa aja UU ini di pakai utk membela perbuatan bejat pelaku dgn bilang ’salah2 deh ceweknya bikin gw horny!!’, wuek….muntah deh saya ngebayanginnya. Gimana nih dgn wakil perempuan di senayan sana kalian mikirnya nyampe ke sana gak seeh!! Ato cm nggih2 di ruang rapat krn ngantuk kecapaian nyoping….
Sebenarnya klo mo fair, kaum pria jg harus ikut menutup aurat hingga ke kepala karena dalam konteks sensualitas, pria banyak kali juga membuat wanita jatuh ke dalam dosa, ini ungkapan yg jujur lho, tiap melihat jidat pacar saya yg sekarang lebih licin dibanding waktu sekolah dlu membuat saya merinding gimana gitu..?
Dalam perspektif konvensional, pria adlh imam dan kepala keluarga memnjadikan mereka standar valuasi atas nilai2 moral & yg dinilai adlh kaum wanita dgn demikian saja, asas yg menyatakan bahwa semua orang tanpa terkecuali adl sama kedudukannya di hadapan hukum telah dilanggar.
Lalu tidak jelasnya dgn masalah materi pornografi, yah karena tidak ada pengedukasian tadi orang menafsirkannya secara serampangan, bgmn jika di toko suvernir dijual patung wanita yg bertelanjang dada, lha bisa2 langsung di sita ya…?jg patung2 yg di buat suku asmat sering kali jika patung pria alat kelaminnya diukir begitu menyerupai aslinya, yg bikinnya kena pasal lagi ya…? Repot amir sih..!
Kemudian pasal yg menurut saya serem adlh yg menyatakan bahwa tiap orang atau warga negara republik Indonesia dapat bertindak aktif utk melakukan tindakan karena diduga dan dirasa bersalah menurut UU pornografi sehingga seorang bisa saja menghukum ato memberi sangsi kepada orang lain yg dari kacamata dia melanggar UU trsebut, please deh negara ini mo jadi kayak apa lg? jujur sebelum saya ketemu pacar saya hampir semua pakaian saya terbuka2 bukan mo pamer tubuh sungguh lebih karena kenyamanan yg bisa diberikan oleh jenis2 pakaian seperti itu, maklumlah kita tinggal di negara tropis, saya cuek, meski belum ada UU pornografi tapi saya sudah mendapat penghakiman dari cara orang2 menatap saya, mereka pikir saya cw apaan kali yee!! Kenapa berpakaian terbuka identik dgn wanita nakal? Jangan deh berpikiran seperti itu, terutama bagi kita sesama wanita. Smua orang punya alasan yg berbeda utk apa yg dia pakai. Tapi setelah saya ketemu pacar saya pelan2 saya tinggalkan semua pakaian saya, pertama sih demi dia, tapi lma2 ingat umur boo, udah tambah tua jg ga bisa gaya bolo2 terus jd skrg cm klo di rumah aja saya pake baju yg bebas, jadi sungguh saya terharu dgn adanya UU ini, membuktikan bahwa wakil2 rakyat ini setidaknya mencoba bekerja dgn membuat UU, tapi cb bikin UU yg pasal2 penghadangnya blum ada, misalnya UU anti kemiskinan, sehingga masyarakat kita ini seluruhnya bisa hidup layak.
Yah seperti itulah kiranya saya mencoba menyikapi UU pornografi yg dipakai buat ngeledek saya, tanpa bisa berbuat lebih banyak karena RUUnya telah disyahkan, jd selamat datang deh UU pornografi semoga memang bisa membuat hidup bangsa ini lebih baik, good bye pikiran porno, yg ada di benak saya lho ya…?