
Tidak sampai satu bulan bangsa kita sudah akan melaksanakan pemilu tepatnya pada tanggal 9 April nanti, semua sibuk berbenah, parpol, KPU, panwanslu, KIPP, & segala lembaga tetek bengek yang terkait dengan penyelenggaraan pesta demokrasi tersebut, Caleg apalagi…..
Lalu bagaimana dengan kita para pemilih, siapkah kita menyongsong respon atas hidupnya demokrasi di negara kita ini? Dengan banyaknya calon dan partai, sudahkah anda menemukan seseorang yang sreg yang dapat menyuarakan kepentingan kita di lembaga legislatif tersebut? Adakah figur yang anda rasa dapat menjadi wakil anda? Beberapa bulan ini jalanan dikotori dengan baliho-baliho para caleg yang mengiklankan diri kepada masyarakat mengalahkan iklan produsen rokok, dengan sejumlah slogan, jargon bahkan sampai janji-janji ‘manis’, adakah anda kenal para caleg tersebut dan mengerti apa yang menjadi programnya kelak di DPR? Tak tanggung-tanggung sebagai bentuk kampanye, beberapa parpol bahkan sudah membuat kontrak politik untuk membuat rakyat semakin ‘percaya’ saja atas apa yang sudah mereka janjikan.
Tenang….masih ada waktu, anda bisa untuk mencari figur yang dapat anda pilih, sesuai kata hati karena pastinya sebagian besar anda tidak mengenal mereka. Saya ingin menyerukan agar pada pemilu kali ini kalau bisa ‘JANGAN GOLPUT’!!!!!!!! Meski mungkin di tengah masa kampanye parpol sekarang ini sejumlah pihak juga melancarkan ‘serangan’ yang memprovokasi rakyat untuk golput. Jika anda tertarik, sebaiknya rencana untuk golput dipikirkan ulang.
Golput atau golongan putih di Indonesia dimulai pada Pemilu 1971, diprakarsai oleh para tokoh muda. Gerakan ini lahir karena adanya tanda-tanda bahwa Pemilu pada waktu itu tidak akan berlangsung dengan demokratis sehingga waktu itu Arief Budiman dkk merasa perlu adanya gerakan moral yang menitik beratkan pada kebebasan masyarakat untuk menentukan pilihannya pada saat pemungutan suara karena adalah hak bagi masyarakat untuk menggunakan atau pun tidak menggunakan hak suaranya tersebut.
Awalnya golput adalah sebuah gerakan yang hanya terdiri atas pribadi-pribadi yang enggan untuk memakai hak suaranya, tidak terorganisasi, tidak ada pimpinan apalagi bukti keanggotaan dan semuanya itu dilakukan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Itu berarti dengan penuh kesadaran para golput ini tidak mau sampai melanggar aturan karena golput sebagai proses pendidikan politik menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya apabila dalam pelaksanaannya melanggar aturan-aturan hukum. Seiring berkembangnya kebebasan media, golput juga semakin berkembang, di Facebook saja dimana saya melanglang setiap hari grup-grup ini dengan gagah berdiri dan menyerukan dengan lantang untuk golput. Kini para politisi sekaliber ‘Gus Dur’ pun ikut menyuarakan golput tentu dengan alasan kekecewaannya atas kinerja KPU yang tidak mencatat PKB versinya.
Sebelumnya saya belum pernah menggunakan hak suara saya, but bukan karena saya ngeh dengan keputusan yang saya ambil tapi lebih karena alasan yang saya buat-buat sendiri seperti malas ngantri di TPS, mumpung libur Pemilu sekalian saja malas-malasan di tempat tidur, bingung dengan banyaknya partai, saya tidak peduli. Tapi politik itu adalah hal yang sangat penting dan sebagai warga negara kita harus terjun langsung di dalamnya dan hal itu di mulai dengan menggunakan hak suara kita saat pemilu. Bayangkan di tengah krisis ekonomi global seperti ini, Indonesia, negara yang didalamnya tengah berlangsung bermacam masalah yang belum-belum juga selesai, mulai dari lumpur Lapindo sampai maraknya kasus korupsi yang terkuak oleh KPK, masih menyiapkan ajang pesta demokrasi. Dan ini bukanlah hal yang mudah karena begitu besar anggaran yang sudah di keluarkan untuk merancangkan acara yang akan berlangsung 9 April 2009, bayangkan bila itu digunakan untuk menambah sarana pendidikan dan kesehatan, sehingga karena itu kita tidak boleh membiarkan semua ini lewat tanpa kita pernah datang ke Tempat Pemilihan Suara. Buat saya membuang uang negara dengan percuma sama saja kita sebagai warga negara telah melakukan korupsi lalu apa bedanya kita dengan para anggota dewan yang sekarang mendekam di penjara….
Kecenderungan sekarang berbeda dengan dulu dimana golput benar-benar murni karena hanya melawan represi negara, sedangkan golput-golput sekarang selain karena golput yang dibuat-buat, juga karena sikap apatis terhadap politik, dimana politik tidak berpihak kepada pemerintah, dan terbentuknya sikap-sikap yang kelewat mengkritisi pemerintah dan merasa bahw selama ini pemerintah tidak berbuat apa-apa untuk warganya.
Belum lagi kasus-kasus yang menyeret nama-nama para anggota DPR baik yang di daerah sampai di pusat membuat masyarakat semakin pesimis akan membaiknya kehidupan rakyat ketika lembaga yang bertugas selama lima tahun ini terpilih kembali. Rakyat berpikir bahwa kelak caleg-caleg ini tidak ada ubahnya dengan para senior mereka, banyak rakyat juga punya kecenderungan berpikir bahwa menjadi anggota dewan hanya untuk mencari keuntungan pribadi semata. Salah seorang caleg DPR RI yang berasal satu daerah dengan saya di Jawa Tengah yaitu BS dulu seorang aktivis, pernah di penjara karena memperjuangkan reformasi bahkan belum apa-apa sudah di komentari bahwa kemarin aktivis mahasiswa yang provokator, sekarang caleg, besok koruptor….!! STOP, kita tidak bisa menghakimi dan berpikir semua orang sama karena saya pernah browse di google tentang BS ini, banyak hal yang ternyata tidak terekspos di media tentang sepak terjangnya dalam memperjuangkan perubahan yang signifikan untuk bangsa ini dan buat saya dia caleg yang berkualitas.
Salah para caleg juga kurang bisa menyampaikan visi & misinya, hanya memajang pose mereka berbulan-bulan di pinggir jalan, padahal di era sekarang ini begitu banyak media yang bisa menjadi sarana mereka ‘memperkenalkan diri’, tapi meski demikian kesalahan tidak serta-merta di tangan caleg, aturan yang dibuat oleh KPU menurut saya juga sangat membatasi ruang lingkup para caleg untuk bisa bergerak, negara ini terlalu banyak larangan dan hebatnya sepertinya celah-celah yang membuat seorang caleg bisa lebih unggul dari yang lain selalu di tutup dengan adanya aturan-aturan tambahan sehingga caleg-caleg ini enggan bergerak karena takut dikenakan sanksi.
Saya telah jatuh hati pada seorang caleg DPD, semenjak melihat posternya saja wajahnya demikian teduh mengganggu hati saya, seorang ibu, dalam kesehariannya beliau adalah seorang pengusaha sukses yang memiliki yayasan sosial dan banyak berbuat untuk kemanusiaan semenjak beliau masih belia, dan ini kali periode ke dua jika dia terpilih kembali, aksi-aksi sosialnya dilakukan secara spontan dan terjadi jauh sebelum si ibu ini memutuskan untuk terjun ke ‘senayan’, melihat latar belakang pendidikannya yang master dari luar negeri setidaknya wawasannya global, pengalaman berorganisasinya semenjak beliau duduk di sekolah menengah, banyak hal yang saya baca tentang si ibu ini, tentang cita-citanya untuk Indonesia(kita butuh lebih banyak sosok idealis) dan yang jelas kelebihan lainnya adalah bahwa beliau seorang ‘perempuan’, tidak berbicara jender tetapi memang suara perempuan yang siap menyampaikan aspirasi dari kaumnya masih kurang.
Untuk DPRD 2 saya punya caleg yang akan saya pilih seorang wanita muda, sangat cantik, wajahnya biasa wara-wiri di ajang putri-putrian, dulunya seorang model, sekarang berwirausaha, bukan karena wajahnya lalu saya memilihnya….tetep Angelina Jolie ranking satu di hati saya ha..ha… tapi karena semangat mudanya yang ingin membangun negeri ini lebih baik lagi. Kesannya kayak omong kosong atau membual banget, tapi itu kenyataanya. Saya telah berkenalan(ye…segitunya) langsung dengannya, di usianya yang masih belia dia seperti permata yang berkilau dengan kharismanya, wawasannya yang sangat global, kritis dengan isu-isu sosial,dengan pekerjaan sosial yang tengah dia kerjakan, berhadapan dengannya langsung melunturkan pendapat bahwa wanita cantik minus otak bahkan saya mengundangnya ke organisasi tempat saya memimpin, mempersilakannya untuk bersosialisasi, berbagi visinya untuk bangsa ini. Untuk DPRD I saya belum memiliki caleg pilihan tapi bukankah masih ada waktu bagi saya dan anda juga untuk menyeleksinya.
Bangsa ini sedang berusaha untuk bangkit, jadi mari jatuhkan pilihan dan mulai percayakan kepada orang yang tentunya layak untuk mengemban amanat dari rakyat ini dan siap mengabdikan seluruh hidupnya untuk Indonesia yang lebih baik, jangan sia-siakan hak pilih anda, karena satu suara saja membawa perubahan yang sangat berarti. Jangan yang jadi orang yang kurang kompeten hanya karena pendukungnya banyak datang, sementara sosok yang qualified tersingkir hanya karena banyak golput. Mulai buka mata lebar-lebar lihat baik-baik caleg yang bertebaran di sekitar anda, bukankah emas juga ditemukan diantara pasir? Ini semua hanya opini dari saya, namun pada prakteknya nanti semua kembali kepada anda, meski datang ke TPS, tapi didalam bilik suara siapa tahu…?